Rabu, 07 Januari 2015

TUGAS CERPEN

ISTRIKU
BIDADARIKU

Jam telah menunjukkan pukul 00.45. Tapi Rey tetap saja masih berkutat dengan laptopnya. Ia masih tetap mengetik laporan yang harus ia selesaikan sebelum pukul 2 dini hari nanti. Pekerjaan sebagai wartawan memang menuntutnya untuk selalu sibuk, apalagi ditambah dengan pekerjaan sampingan lainnya. Rey pun sudah meneguk 3 cangkir kopi dan 4 batang rokok sejak tiba di café. Kopi dan rokok memang adalah  sesuatu yang tak boleh jauh darinya. Ia boleh saja tidak makan malam, asalkan kopi dan rokok selalu ada.  Karena dengan begitulah pikirannya dapat tenang, sehingga akan memudahkannya dalam menyelesaikan pekerjaan yang menguras tenaga dan pikiran. Tapi untuk beberapa hari ini sungguh berbeda, termasuk malam ini, pikirannya sungguh sangat kacau dan sulit untuk kosentrasi. Rey memang sedang memikirkan sesuatu, sesuatu yang amat berat baginya. Sesuatu yang tak pernah ia kira akan membebaninya saat ini. Ya, memikirkan istrinya.
Zaki yang sedang duduk di hadapan Rey tetap masih asyik menonton tv. Sesekali ia juga menyereruput kopinya yang masih panas. Walaupun malam ini tidak ada pertandingan bola, tapi Zaki tetap menikmati siaran televisi malam ini, yaitu tayangan animal planet kesukaannya. Kadang-kadang matanya juga tertuju kepada Rey yang masih sibuk dengan laptopnya. Ia heran kenapa dari tadi tugas laporan itu tak kunjung selesai, padahal Rey sudah berada di café ini sejak pukul 8 tadi, jauh sebelum dirinya tiba. Tapi ia malas menanyakkannya, takut mengganggu. Apalagi raut wajahnya seperti menunjukkan ada masalah.
“Zaki, aku duluan ya. Udah larut kali nih, “ seru Rey sambil memasukkan laptopnya kedalam ransel.
“Oh iya…,” jawab Zaki agak kaget, “pekerjaan kau udah siap?”
“Udahlah…,”jawab Rey sambil mengibas-ngibaskan tangannya karena kaku, “udah ngantuk berat nih mata…”
“Oke deh. Hati-hati ya”
“Yok.”

----
“Kraak,”Rey membuka kunci pintu rumah dan masuk dengan hati-hati.
Rey melihat istrinya sudah tertidur pulas di sofa. Dia bersyukur telah membawa kunci cadangan, sehingga tidak harus membangunkan istrinya. Tapi Rey merasa istrinya pasti sudah menunggunya pulang dengan cukup lama. Dan itu membuat perasaannya semakin bersalah dan kesal. Perasaannya semakin berkecamuk. Rey berpikir bahwa tidak seharusnya istrinya itu harus tidur telat karena menunggunya. Rey tentu tahu istrinya itu tidak bisa tidur telat, karena bisa sakit. Tapi kenapa istrinya selalu mau menunggu kepulangannya. Tidakkah ia langsung tidur saja, tanpa harus menunggunya? Apakah istrinya masih belum menyadari jika pekerjaannya benar-benar sibuk dan menyita waktu?
Rey masuk ke dapur dan melihat ke meja makan. Dia memang sudah menduga. Di meja makan terhidang makan malam yang telah disiapkan istrinya. Rey lalu duduk di kursi dengan perasaan malas dan hanya menatap makanan itu. Dia benar-benar tidak selera untuk makan. Karena dia begitu lelah dengan semua ini. Semua ini begitu membebaninya. Perasaannya semakin merasa bersalah. Apakah dia telah melakukan kesalahan besar? Apakah dia telah salah karena menjadikan Alfa sebagai istrinya?
Rey kembali terkenang masa lalu, beberapa tahun yang lalu, jauh sebelum hari ini. Awal pertemuan Rey dan Alfa adalah ketika semester 2. Mereka adalah sama-sama mahasiswa jurusan ilmu komunikasi di Universitas yang terkemuka di Banda Aceh. Di saat itulah Rey mengenal Alfa, karena mereka sekelas. Awalnya Rey memang tidak terlalu perhatian dengan sosok Alfa, apalagi sebagai cowok yang cuek dia malas memperhatikan orang-orang, termasuk gadis-gadis di kampus, kecuali itu gadis yang benar-benar cantik. Tapi Alfa, ia begitu berbeda. Alfa memang tidak terlalu cantik, tapi ia memiliki karakter yang begitu lembut, sederhana, alim, ramah dan senyuman yang manis. Jarang ada gadis seperti dia di kampus. Namun tidaklah mudah bagi Rey mendekati Alfa, karena ia agak tampak jaim dan sering menghindar jika didekati. Awalnya Rey merasa agak kesal melihat respon dari Alfa. Tapi Rey baru mengerti sikap Alfa setelah berteman dengannya. Ia adalah tipe perempuan yang bisa didekati lewat kenyamanan dalam pertemanan. Lewat pertemanan itulah, Rey menjadi lebih mengenal sosok Alfa yang agak kalem dan misterius. Ternyata Alfa memilih jurusan ilmu komunikasi karena ingin menjadi seorang jurnalis dan penulis. Alfa seorang gadis yang menyukai tantangan, sama seperti Rey. Karena Rey juga berkeinginan menjadi wartawan lapangan yang meliput berita. Waktu-waktu yang dilalui di masa kuliah membuat Rey semakin mengenal Alfa. Tapi Alfa tidak pernah ingin pacaran.
Rey hanya bisa mengenal Alfa selama 2 tahun lebih. Karena setelah itu Rey bermasalah dengan kuliahnya dan hampir terancam Drop out karena sering malas mengikuti kuliah, lebih sering mengikuti organisasi, dan demo. Namun, yang terparah adalah ketika dia harus cuti kuliah dan pulang ke kampung untuk merawat ayahnya yang sakit parah, hingga meninggal dunia. Setelah itu banyak waktunya terhabiskan dengan bekerja membantu ibunya dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, karena Rey adalah anak satu-satunya. Ketika teman-teman seangkatannya banyak yang sudah lulus kuliah, Rey kembali ke kota untuk melanjutkan kuliahnya yang terbengkalai. Walaupun kadang rasa malas menghantuinya, tapi ia bertekad untuk menyelesaikan kuliah sampai sarjana, karena ia terus mengingat pesan ibunya.
Akhirnya Rey berhasil menjadi sarjana ditengah banyak tekanan yang ia hadapi. Dan sosok Alfa pun sudah lama terlupakan dari dirinya selama 3 tahun. Karena terakhir bertemu, Rey tidak pernah meminta nomornya. Namun, akhirnya mereka bertemu kembali di sebuah kantor penerbit media cetak yang terkemuka di Banda Aceh. Alfa bekerja sebagai bagian dari redaksi di sana baru setahun. Sedangkan Rey melamar sebagai wartawan lapangan dan cameramen. Pertemuan yang tidak disangka-sangka ini telah membuat Rey kembali dekat dengan Alfa. Walaupun Alfa sedikit menjaga jarak, cukup sebatas teman katanya.
Maka sampailah pada waktunya ketika Ibu Rey mendesak Rey untuk segera menikah. Padahal Rey masih ingin menikmati masa lajangnya, karena ia belum siap untuk menikah. Akhirnya, untuk membahagiakan ibunya, Rey menyetujui permintaan ibunya. Dan Rey berkeinginan untuk menikahi Alfa. Awalnya Rey sempat ragu, karena ia merasa tidak pantas menikahi Alfa. Karena ia adalah gadis yang baik, sedangkan Rey merasa adalah pemuda yang tidak jelas hidupnya. Pasti masih banyak pemuda yang pantas mendapati Alfa. Tapi ketika ia mencoba menyampaikan maksudnya itu, Rey terkejut dan tidak sanggup berkata apa-apa. Karena yang ia lihat dari Alfa adalah senyuman dan mata yang berkaca-kaca.
Sampailah pada saat ini, di usia perkawinan yang berjalan dua tahun. Rey merasa belum mampu membahagiakan Alfa. Rey merasa Alfa pasti menyesal menikah dengannya. Ia merasa telah membuat hidup Alfa yang normal menjadi berantakan seperti dirinya. Semenjak menikah dengan Rey, Alfa memutuskan untuk tidak bekerja lagi di media cetak. Ia ingin fokus sebagai ibu rumah tangga. Namun Alfa cukup sering menulis di media cetak seperti cerpen, artikel, essay, dan sebagainya. Rey benar-benar menyukai tulisan Alfa yang dalam. Alfa memang lebih ahli dalam menulis daripada dirinya. Rey melamun cukup lama, hingga ia melihat sebuah buku tulis diatas meja. Rey lalu mengambil dan membuka lembarannya. Ia kaget, ini adalah buku harian Alfa. Ia memang tahu kalau Alfa mempunyai diary, tapi ia tidak pernah berani membacanya. Karena itu adalah sesuatu yang pasti rahasia bagi Alfa. Tapi, Rey mencoba untuk melihat-lihat saja. Dan akhirnya membuat ia harus membacanya.

2 Januari 2015
Sikap Reihan belakangan ini begitu aneh. Kenapa ya??? Apakah dia marah padaku? Mungkin aku adalah istri yang membosankan baginya?Aku sedih sekali……….. kadang aku ingin berbicara padanya, tapi aku begitu segan, tidak berani, karena aku takut akan menyusahkannya saja. Aku takut menjadi beban baginya…..apakah dia menyesal menikahi aku?? Munkin ia kadang. Tapi aku tidak pernah menyesal. Walaupun ada yg mengatakan aku telah menikah dengan orang yang salah, menurutku itu tidak benar. Reihan baik kok, dia benar-benar baik. Dulu, ketika masih kuliah, aku pernah melihat dia membantu seorang gadis yang motornya sama2 jatuh ke dalam got besar. Dialah orang yg pertama kali buru-buru membantu gadis itu dan juga motornya, baru setelah itu orang2 ramai berdatangan. Ada lagi, tidak hanya itu, banyak. Yg membuatku terkesima adalah begitu sayangnya ia pada ibunya dan rela berkorban apapun. Sungguh aku jahat, karena tdk bisa menyayangi ibuku sendiri dgn tulus seperti Rey menyayangi ibunya. Mungkin krn aku lebih dekat dengan ayah. Tapi aku tetap sayang ibuku.
Tapi yg tdk aku sukai dari Rey adalah merokok. SUNGGUH BERAT MEROKOK. Kalau kopi ya tak apalah. Yg penting ia tak boleh lupakan shalat dan kewajibannya sebagai seorang hamba Allah. Itu yg pentig. Karena dgn begitu aku pasti slalu percaya padanya
Dia perlu sedikit bimbingan J
ALFA
Rey tampak gemetar. Dia tidak suka keadaan seperti ini. Tapi ia tidak sanggup menahannya. Ya, air mata harus jatuh. Air mata bahagia. Dia kembali membaca halaman sebelahnya. Ya, tepatnya hari ini, beberapa jam tadi.

3 Januari 2015
Reyhan belum pulang.
Aku sudah menyiapkan makan malam. Bodohnya aku, padahal ia sudah mengingatkan aku utk tdk usah menyiapkan makan malam baginya, krn ia makan diluar dan sambil menyelesaikan pekerjaannya. Tapi aku tahu, mana mungkin dia makan, dia kan pasti ROKOK dan KOPI. Aku khawatir dia sakit. Mungkin krn masakanku tdk enak kdg. Aku memang payah, baru belajar memasak ketika mau menikah. Mungkin itu alasannya, aku harus belajar lagi.
Aku harus menunggunya,
Mudah2an dia baik2 saja di jalan. Aamiin…………… J
ALFA

Rey jadi sulit mengendalikan diri. Tapi dia ingin menangis, tertawa, dan bahagia. Sungguh dia benar- benar bahagia malam ini. Reihan yang dari awal tidak selera makan, kini ia mengambil piring, nasi, dan lauk-pauk. Dia ingin memakan ini semua sampai habis. Mungkin perasaan bahagia akan membuatnya bias menghabiskan semua makan ini.
“Reyhan, kamu tidak mengajakku makan?” suara Alfa dengan tiba-tiba muncul di depan  pintu.
“Alfa, kamu… ke, kenapa bangun?’’ sontak Rey kaget melihat istrinya.
“Ya, aku mau makanlah, dari tadi aku menunggumu. Lapar tau” jawab Alfa sambil duduk di kursi.
Rey menjadi menyesal, “Alfa maafkan aku, aku memang salah. Aku menyesal sekali, tolonglah, maafkan aku…”
“Hahaha…. Lucu, lucu banget. Ekspresimu itu lho. Seharusnya itu di rekam. Hahahaha…”
Rey kaget, namun dia tertawa juga dan mulai mencubit pipi istrinya.
Alfa mengerang, “Hei, hei, sakit tauk, nanti tidak jadi aku maafkan.”
Rey tertawa, “Iya, maafkan aku sekali lagi.”
“ Iya hay, ayo kita makan.”
“Maaf, aku telah membaca diarymu. Tapi ini sudah tengah malam, kamu nanti bisa sak..”
Alfa langsung menimpali,” Udah udah cerewet, ayo cepat makan…”
Rey tertawa, perasaannya menjadi begitu lapang malam ini.
“Istriku, bidadariku.”
Alfa tergelak.

---


Kamis, 18 Desember 2014

TUGAS MENULIS PENGALAMAN TSUNAMI 2004

Nama: Ade Irma Suryani
Nim  : 1210102010025

Memory of Tsunami

Tinggal beberapa hari lagi peringatan 10 tahun Tsunami. Mungkin, peringatan Tsunami pada tahun-tahun yang telah lalu tidak begitu menyita perhatian ku. Namun, untuk tahun ini sepertinya menjadi begitu berbeda. Beberapa hal tersebut adalah seperti pada momen “10 tahun”. Rasanya sulit untuk menjelaskan maksud dari sepuluh tahun itu. Mungkin karena 2004-2014, tapi entahlah. Selain hal tersebut yang mengingatkan ku kembali, juga ada tentang rumahku. Mungkin hal ini sedikit unik menurutku. Ketika hari Minggu terakhir di bulan Desember terjadi Tsunami, maka malam Minggu itu menjadi malam terakhir aku tidur di rumah itu. Namun tak pernah ku sangka sebelumnya,ternyata sepuluh tahun kemudian di tahun 2014 di awal Desember malam Senin,  menjadi awal aku tidur kembali di rumah itu. Akhirnya aku kembali ke rumah itu setelah 10 tahun Tsunami.
Tsunami adalah peristiwa yang bisa di katakan cukup mendalam bagiku. Walaupun kami sekeluarga selamat dari musibah itu, tapi memang peristiwa tersebut tidak bisa di lupakan. Karena beberapa kejadian yang terjadi di saat Tsunami maupun pasca Tsunami masih begitu membekas di memori ini. Beberapa kejadian tersebut adalah saat adikku yang perempuan jatuh ke dalam air Tsunami, saat ayahku ingin menaikkannya ke parabola, karena air semakin naik. Itu kejadiannya saat berada di atap rumah. Namun, ketika adikku tidak tampak lagi setelah jatuh ke dalam air berlumpur itu, tiba-tiba tangan dia tergapai ke atas, maka langsung ayahku menarik dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kiri ayahku menggendong adik yang masih bayi. Hal tersebut begitu spontan di mataku. Hal yang tak bisa di lupakan juga adalah ketika ayahku berusaha mengambil buah kelapa ketika adikku yang bayi sudah kehausan dan perlu asi, sedangkan mamak pada hari itu sedang ke pasar. Setelah ayahku berhasil mendapatkan buah kelapa itu dengan susah payah, dan akhirnya kami meminumnya sedikit, walaupun di dalam hati sungguh aku tidak mau makan dan minum apapun. Ayahku juga membagikan air kelapa itu sedikit kepada seorang gadis muda yang berhasil selamat dari Tsunami, sepertinya kakak itu juga terminum air lumpur Tsunami, seperti adikku. Maka hal tersebutlah yang mencengangkanku ketika 3 tahun kemudian, yakni ketika tahun 2007 saat hari raya Idul Fitri. Ketika saat berkunjung ke rumah saudara dan ayahku bercerita tentang kejadian Tsunami, barulah aku tahu ternyata air kelapa itu mempunyai kandungan yang mampu menetralkan racun, termasuk air lumpur Tsunami itu, padahal sebelumnya kami sama sekali tidak tahu akan hal itu. Lalu pernah ku baca tentang bahaya lumpur Tsunami itu di internet, dan katanya ada orang-orang yang meninggal sehari setelah kejadian itu karena efek dari  racun tersebut yang terminum airnya saat tenggelam. Memang ada beberapa orang juga yang kuketahui, meninggal setelah kejadian hari Minggu, mungkin karena mereka terminum air lumpur itu. Tapi hanya Allah yang lebih tahu penyebabnya. Alhamdulillah, kami di tolong oleh Allah.
Memang banyak peristiwa-peristiwa yang ku alami saat kejadian dan sesudah kejadian itu, dan memang akan panjang jika di ceritakan semuanya. Kalau pada peristiwa yang membuatku kaget adalah saat bertemu kembali dengan mamak di Stadion Lampineung. Sungguh aku tak menyangka kami akan bertemu dengan mamak lagi, karena kami kira mamak tidak selamat, apalagi perjumpaan yang tak terduga di tempat itu. Memang, sebelum ke mengungsi ke Stadion Lampineung kami bertemu dengan beberapa saudara di dekat kantor Gubernur, dan kami mengatakan akan mengungsi ke sana. Mungkin kemudian  mereka bertemu dengan mamak, lalu mengabari hal itu. Aku sangat bersyukur, adikku tidak kehausan lagi. Aku merasa ini memang sudah di atur oleh Allah.
Salah satu peristiwa yang membuatku sedih adalah ketika adikku yang masih berusia sepuluh bulan itu  harus di serahkan kepada saudaraku karena suatu alasan. Dia di bawa oleh saudaraku ke daerah pulau seberang yang jauh dari Aceh. Itu kejadiannya pada bulan Januari tahun 2005 saat kami mengungsi di Mesjid Kampung Keuramat. Walaupun aku sering mengeluh karena capek menjaga adik bayi, karena aku tidak bisa bermain-main lagi dengan teman-teman, tapi sungguh aku tak ingin dia di ambil oleh mereka. Tapi aku tahu, ini sudah menjadi takdir Allah, dan Allah punya rencana dan skenario yang terbaik. Aku tahu di balik ini ada alasannya. Seperti musibah Tsunami yang mempunyai hikmah di balik semuanya.

Jumat, 28 November 2014

Analisa Tentang " Kejarlah Daku, Kau Kusekolahkan"

Karya jurnalisme sastrawi yang ditulis oleh Alfian Hamzah yang berjudul “Kejarlah Daku, Kau Kusekolahkan” cukup menarik. Apa  lagi  karya tersebut ditulis berdasarkan pengalaman langsung penulis selama dua bulan bersama TNI saat bertugas di Aceh selama konflik. Penulis mampu menyajikan kisah nyata itu dengan menarik, apa adanya, dan cenderung tidak memihak antara  kedua belah pihak dengan diselingi humor dan guyonan  dan spontanitas santai sehari-hari. Namun  juga terdapat hal-hal yang ikut menyelisik hati nurani kita terhadap hal-hal keji yang pernah dilakukan oleh TNI. Selain itu, dalam penulisan cerita tersebut terdapat beberapa kalimat penjelasan dan tanda baca yang tidak sesuai, hingga kadang membuat kita sulit mengerti cerita  tersebut.
Setelah membaca cerita tersebut, kita dapat menilai bahwa karakter penulis tersebut bersifat netral, kritis, dan memihak pada kebenaran.  Sedangkan karakter para tentara adalah keras, tidak ambil pusing, tidak berperi  kemanusiaan, namun  ada juga para tentara yang setia kawan dan saling tolong menolong.
Cerita ini mengandung alur kronologi dan campuran, dimana kisah yang ditulis tersebut diawali dengan keberangkatan sang jurnalis bersama TNI di dermaga sampai perpisahan bersama para tentara ketika habisnya masa peliputan jurnalis tersebut.

Amanat yang bisa diambil dalam cerita tersebut adalah, konflik yang pernah terjadi di Aceh tidak seharusnya ditangani secara peperangan yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa, termasuk rakyat sipil yang tidak ada hubungannya. Dalam menyelesaikan perselisihan paham, jalur diplomasilah yang cukup tepat untuk menyelesaikan peristiwa tersebut.

Jumat, 14 November 2014

Unsur yang diambil adalah "Third Person of Views''

Ujian Perasaan


   Anna adalah seorang gadis yang masih kelas 2 SMA. Dari penampilannya ia tampak seperti gadis lain pada umumnya. Tapi jika dilihat dari kepribadiannya, sungguh sangat berbeda. Banyak hal yang membedakan karakter Anna dengan gadis remaja lainnya, termasuk masalah percintaan. Jika gadis remaja lainnya pada seusia itu sibuk memikirkan soal cinta, termasuk lawan jenis dan pacaran, maka tidak dengan Anna. Anna tidak suka dengan hal-hal seperti itu. Bahkan ia sangat jijik melihat orang-orang yang berpacaran. Anna tidak suka berpacaran, apalagi ia tahu bahwa di dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran.Karena pacaran itu mendekati zina, dan dalam Al-qur'an ada ayat yang menyatakan larangan untuk mendekati zina. Karena Anna berkomitmen seperti itu, maka banyak teman-teman yang mengatakan bahwa dia adalah gadis alim dan shaliha. Dan Anna menolak apa yang dikatakan oleh teman-temannya. Karena Anna  menyadari bahwa ia tidaklah seperti itu. Ia tahu dirinya bukanlah manusia suci dan banyak melakukan dosa. Anna berkeyakinan bahwa dia hanyalah seorang  manusia biasa yang di jaga aibnya oleh Allah. Namun Anna mencintai kebaikan dan ingin menjadi baik, walaupun dia merasa dirinya begitu rapuh. Karena kerapuhannya itulah, maka Anna juga selalu memohon pertolongan Allah agar bisa kuat menghadapi ujian, termasuk ujian soal perasaan.
   Belakangan ini Anna memang merasa tidak enak dan agak risih di sekolah. Ini bermula karena seorang teman kelasnya yang laki-laki, yaitu Rio. Rio memang adalah seorang anak remaja yang jail, malas, suka mengganggu, namun baik hati, dan humoris. Karena sifatnya yang jail inilah yang membuat Rio suka mengganggu teman-temannya yang perempuan, termasuk Anna. Karena Rio begitu penasaran kepada Anna. Dia melihat Anna adalah sosok yang agak kalem, menyendiri, jarang bergabung dengan dengan teman-teman perempuan, dan sering ke perpustakaan. Apalagi jika di ganggu, Anna sering tersenyum malu-malu, namun kadang-kadang ia juga tampak kesal, dan menghindar. Memang yang membuat Anna tidak bisa menahan senyumnya adalah karena sifat Rio yang sangat lucu baginya. Apalagi jarang ada hal-hal yang membuat Anna tersenyum dan tertawa. Karena Rio sudah mulai suka mengganggu Anna dan Anna juga sering terseyum, maka sekarang banyak teman-teman sekelas yang meledek mereka berdua. Rio pun santai-santai saja mendengar gosip itu, sedangkan Anna menjadi tidak enak, dan selalu berwajah kemerahan. Dalam pikiran Anna terbayang tiba-tiba, mungkin saja Rio suka padanya. Tapi Anna berusaha untuk menepisnya, karena dia merasa hanya ke-GRan saja. Namun, Rio tetap selalu mengganggunya, dari dalam kelas sampai pulang sekolah. Anna pun jadi semakin sulit mengendalikan diri, apalagi dia seorang gadis pemalu. Namun, apa yang dia duga akhirnya benar, dan ini membuat dia sedih. Padahal seharusnya ia tak perlu sedih.
   Kemarin Anna melihat Rio di kelas sebelah sedang bercanda riang dengan gadis lain, dan sepulang sekolah Rio membonceng gadis itu dengan motornya. Anna merasakan hal yang lain dihatinya. Hal yang menyakitkan.Tiba-tiba saja air mata jatuh dari matanya, dan langsung ia tepiskan. Anna merasa telah membawa perasaannya melayang-layang tak karuan. Seharusnya ia tak perlu berharap apa-apa dan merasa ke-GR-an begini. Tentu saja Rio tidak menyukainya, dia hanya suka mengganggu dirinya saja, agar dirinya selalu tersenyum dan ceria di kelas, mungkin maksud Rio memang baik, pikirnya.
   Hari ini perasaan Anna sudah agak baik. Dia merasa tenang dengan shalat dan mengaji. Dia sadar, selama ini ia sudah begitu jauh dengan Allah. Anna merasa berdosa karena lebih banyak mengingat manusia dari pada Allah. Padahal ia tahu, bahwa Allah adalah segala-galanya, dan mencintai-Nya lah yang paling utama. Perasaan ini adalah ujian. Tapi Anna senang jika ujian ini mengembalikan dirinya untuk menyadari, bahwa cinta Allah lah yang sejati. Dan Anna ingin cinta sejati dan hakiki.
   Anna juga menyadari, bahwa menyukai seseorang bukanlah suatu dosa, tetapi bagaimana kita mengendalikan perasaan itu agar sesuai perintah agama.

By : ADE IRMA SURYANI
       tanpa di copast