ISTRIKU
BIDADARIKU
Jam
telah menunjukkan pukul 00.45. Tapi Rey tetap saja masih berkutat dengan
laptopnya. Ia masih tetap mengetik laporan yang harus ia selesaikan sebelum
pukul 2 dini hari nanti. Pekerjaan sebagai wartawan memang menuntutnya untuk
selalu sibuk, apalagi ditambah dengan pekerjaan sampingan lainnya. Rey pun
sudah meneguk 3 cangkir kopi dan 4 batang rokok sejak tiba di café. Kopi dan
rokok memang adalah sesuatu yang tak
boleh jauh darinya. Ia boleh saja tidak makan malam, asalkan kopi dan rokok
selalu ada. Karena dengan begitulah
pikirannya dapat tenang, sehingga akan memudahkannya dalam menyelesaikan
pekerjaan yang menguras tenaga dan pikiran. Tapi untuk beberapa hari ini
sungguh berbeda, termasuk malam ini, pikirannya sungguh sangat kacau dan sulit
untuk kosentrasi. Rey memang sedang memikirkan sesuatu, sesuatu yang amat berat
baginya. Sesuatu yang tak pernah ia kira akan membebaninya saat ini. Ya,
memikirkan istrinya.
Zaki
yang sedang duduk di hadapan Rey tetap masih asyik menonton tv. Sesekali ia
juga menyereruput kopinya yang masih panas. Walaupun malam ini tidak ada
pertandingan bola, tapi Zaki tetap menikmati siaran televisi malam ini, yaitu
tayangan animal planet kesukaannya.
Kadang-kadang matanya juga tertuju kepada Rey yang masih sibuk dengan laptopnya.
Ia heran kenapa dari tadi tugas laporan itu tak kunjung selesai, padahal Rey
sudah berada di café ini sejak pukul 8 tadi, jauh sebelum dirinya tiba. Tapi ia
malas menanyakkannya, takut mengganggu. Apalagi raut wajahnya seperti
menunjukkan ada masalah.
“Zaki,
aku duluan ya. Udah larut kali nih, “ seru Rey sambil memasukkan laptopnya
kedalam ransel.
“Oh
iya…,” jawab Zaki agak kaget, “pekerjaan kau udah siap?”
“Udahlah…,”jawab
Rey sambil mengibas-ngibaskan tangannya karena kaku, “udah ngantuk berat nih
mata…”
“Oke
deh. Hati-hati ya”
“Yok.”
----
“Kraak,”Rey
membuka kunci pintu rumah dan masuk dengan hati-hati.
Rey
melihat istrinya sudah tertidur pulas di sofa. Dia bersyukur telah membawa
kunci cadangan, sehingga tidak harus membangunkan istrinya. Tapi Rey merasa
istrinya pasti sudah menunggunya pulang dengan cukup lama. Dan itu membuat
perasaannya semakin bersalah dan kesal. Perasaannya semakin berkecamuk. Rey
berpikir bahwa tidak seharusnya istrinya itu harus tidur telat karena
menunggunya. Rey tentu tahu istrinya itu tidak bisa tidur telat, karena bisa sakit.
Tapi kenapa istrinya selalu mau menunggu kepulangannya. Tidakkah ia langsung
tidur saja, tanpa harus menunggunya? Apakah istrinya masih belum menyadari jika
pekerjaannya benar-benar sibuk dan menyita waktu?
Rey
masuk ke dapur dan melihat ke meja makan. Dia memang sudah menduga. Di meja
makan terhidang makan malam yang telah disiapkan istrinya. Rey lalu duduk di
kursi dengan perasaan malas dan hanya menatap makanan itu. Dia benar-benar
tidak selera untuk makan. Karena dia begitu lelah dengan semua ini. Semua ini
begitu membebaninya. Perasaannya semakin merasa bersalah. Apakah dia telah
melakukan kesalahan besar? Apakah dia telah salah karena menjadikan Alfa
sebagai istrinya?
Rey
kembali terkenang masa lalu, beberapa tahun yang lalu, jauh sebelum hari ini.
Awal pertemuan Rey dan Alfa adalah ketika semester 2. Mereka adalah sama-sama
mahasiswa jurusan ilmu komunikasi di Universitas yang terkemuka di Banda Aceh.
Di saat itulah Rey mengenal Alfa, karena mereka sekelas. Awalnya Rey memang
tidak terlalu perhatian dengan sosok Alfa, apalagi sebagai cowok yang cuek dia
malas memperhatikan orang-orang, termasuk gadis-gadis di kampus, kecuali itu
gadis yang benar-benar cantik. Tapi Alfa, ia begitu berbeda. Alfa memang tidak
terlalu cantik, tapi ia memiliki karakter yang begitu lembut, sederhana, alim,
ramah dan senyuman yang manis. Jarang ada gadis seperti dia di kampus. Namun
tidaklah mudah bagi Rey mendekati Alfa, karena ia agak tampak jaim dan sering
menghindar jika didekati. Awalnya Rey merasa agak kesal melihat respon dari
Alfa. Tapi Rey baru mengerti sikap Alfa setelah berteman dengannya. Ia adalah
tipe perempuan yang bisa didekati lewat kenyamanan dalam pertemanan. Lewat
pertemanan itulah, Rey menjadi lebih mengenal sosok Alfa yang agak kalem dan
misterius. Ternyata Alfa memilih jurusan ilmu komunikasi karena ingin menjadi
seorang jurnalis dan penulis. Alfa seorang gadis yang menyukai tantangan, sama
seperti Rey. Karena Rey juga berkeinginan menjadi wartawan lapangan yang
meliput berita. Waktu-waktu yang dilalui di masa kuliah membuat Rey semakin
mengenal Alfa. Tapi Alfa tidak pernah ingin pacaran.
Rey
hanya bisa mengenal Alfa selama 2 tahun lebih. Karena setelah itu Rey
bermasalah dengan kuliahnya dan hampir terancam Drop out karena sering malas mengikuti kuliah, lebih sering
mengikuti organisasi, dan demo. Namun, yang terparah adalah ketika dia harus cuti
kuliah dan pulang ke kampung untuk merawat ayahnya yang sakit parah, hingga
meninggal dunia. Setelah itu banyak waktunya terhabiskan dengan bekerja
membantu ibunya dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, karena Rey adalah anak
satu-satunya. Ketika teman-teman seangkatannya banyak yang sudah lulus kuliah,
Rey kembali ke kota untuk melanjutkan kuliahnya yang terbengkalai. Walaupun
kadang rasa malas menghantuinya, tapi ia bertekad untuk menyelesaikan kuliah
sampai sarjana, karena ia terus mengingat pesan ibunya.
Akhirnya
Rey berhasil menjadi sarjana ditengah banyak tekanan yang ia hadapi. Dan sosok
Alfa pun sudah lama terlupakan dari dirinya selama 3 tahun. Karena terakhir
bertemu, Rey tidak pernah meminta nomornya. Namun, akhirnya mereka bertemu kembali
di sebuah kantor penerbit media cetak yang terkemuka di Banda Aceh. Alfa
bekerja sebagai bagian dari redaksi di sana baru setahun. Sedangkan Rey melamar
sebagai wartawan lapangan dan cameramen. Pertemuan yang tidak disangka-sangka
ini telah membuat Rey kembali dekat dengan Alfa. Walaupun Alfa sedikit menjaga
jarak, cukup sebatas teman katanya.
Maka
sampailah pada waktunya ketika Ibu Rey mendesak Rey untuk segera menikah.
Padahal Rey masih ingin menikmati masa lajangnya, karena ia belum siap untuk
menikah. Akhirnya, untuk membahagiakan ibunya, Rey menyetujui permintaan
ibunya. Dan Rey berkeinginan untuk menikahi Alfa. Awalnya Rey sempat ragu,
karena ia merasa tidak pantas menikahi Alfa. Karena ia adalah gadis yang baik,
sedangkan Rey merasa adalah pemuda yang tidak jelas hidupnya. Pasti masih
banyak pemuda yang pantas mendapati Alfa. Tapi ketika ia mencoba menyampaikan maksudnya
itu, Rey terkejut dan tidak sanggup berkata apa-apa. Karena yang ia lihat dari
Alfa adalah senyuman dan mata yang berkaca-kaca.
Sampailah
pada saat ini, di usia perkawinan yang berjalan dua tahun. Rey merasa belum
mampu membahagiakan Alfa. Rey merasa Alfa pasti menyesal menikah dengannya. Ia
merasa telah membuat hidup Alfa yang normal menjadi berantakan seperti dirinya.
Semenjak menikah dengan Rey, Alfa memutuskan untuk tidak bekerja lagi di media
cetak. Ia ingin fokus sebagai ibu rumah tangga. Namun Alfa cukup sering menulis
di media cetak seperti cerpen, artikel, essay, dan sebagainya. Rey benar-benar menyukai
tulisan Alfa yang dalam. Alfa memang lebih ahli dalam menulis daripada dirinya.
Rey melamun cukup lama, hingga ia melihat sebuah buku tulis diatas meja. Rey lalu
mengambil dan membuka lembarannya. Ia kaget, ini adalah buku harian Alfa. Ia
memang tahu kalau Alfa mempunyai diary,
tapi ia tidak pernah berani membacanya. Karena itu adalah sesuatu yang pasti
rahasia bagi Alfa. Tapi, Rey mencoba untuk melihat-lihat saja. Dan akhirnya
membuat ia harus membacanya.
2 Januari 2015
Sikap Reihan belakangan ini begitu
aneh. Kenapa ya??? Apakah dia marah padaku? Mungkin aku adalah istri yang
membosankan baginya?Aku sedih sekali……….. kadang aku ingin berbicara padanya,
tapi aku begitu segan, tidak berani, karena aku takut akan menyusahkannya saja.
Aku takut menjadi beban baginya…..apakah dia menyesal menikahi aku?? Munkin ia
kadang. Tapi aku tidak pernah menyesal. Walaupun ada yg mengatakan aku telah
menikah dengan orang yang salah, menurutku itu tidak benar. Reihan baik kok,
dia benar-benar baik. Dulu, ketika masih kuliah, aku pernah melihat dia
membantu seorang gadis yang motornya sama2 jatuh ke dalam got besar. Dialah
orang yg pertama kali buru-buru membantu gadis itu dan juga motornya, baru
setelah itu orang2 ramai berdatangan. Ada lagi, tidak hanya itu, banyak. Yg
membuatku terkesima adalah begitu sayangnya ia pada ibunya dan rela berkorban
apapun. Sungguh aku jahat, karena tdk bisa menyayangi ibuku sendiri dgn tulus
seperti Rey menyayangi ibunya. Mungkin krn aku lebih dekat dengan ayah. Tapi
aku tetap sayang ibuku.
Tapi yg tdk aku sukai dari Rey
adalah merokok. SUNGGUH BERAT MEROKOK. Kalau kopi ya tak apalah. Yg penting ia
tak boleh lupakan shalat dan kewajibannya sebagai seorang hamba Allah. Itu yg
pentig. Karena dgn begitu aku pasti slalu percaya padanya
Dia perlu sedikit bimbingan J
ALFA
Rey
tampak gemetar. Dia tidak suka keadaan seperti ini. Tapi ia tidak sanggup
menahannya. Ya, air mata harus jatuh. Air mata bahagia. Dia kembali membaca
halaman sebelahnya. Ya, tepatnya hari ini, beberapa jam tadi.
3 Januari 2015
Reyhan belum pulang.
Aku sudah menyiapkan makan malam.
Bodohnya aku, padahal ia sudah mengingatkan aku utk tdk usah menyiapkan makan
malam baginya, krn ia makan diluar dan sambil menyelesaikan pekerjaannya. Tapi
aku tahu, mana mungkin dia makan, dia kan pasti ROKOK dan KOPI. Aku khawatir
dia sakit. Mungkin krn masakanku tdk enak kdg. Aku memang payah, baru belajar
memasak ketika mau menikah. Mungkin itu alasannya, aku harus belajar lagi.
Aku harus menunggunya,
Mudah2an dia baik2 saja di jalan.
Aamiin…………… J
ALFA
Rey
jadi sulit mengendalikan diri. Tapi dia ingin menangis, tertawa, dan bahagia.
Sungguh dia benar- benar bahagia malam ini. Reihan yang dari awal tidak selera
makan, kini ia mengambil piring, nasi, dan lauk-pauk. Dia ingin memakan ini
semua sampai habis. Mungkin perasaan bahagia akan membuatnya bias menghabiskan
semua makan ini.
“Reyhan,
kamu tidak mengajakku makan?” suara Alfa dengan tiba-tiba muncul di depan pintu.
“Alfa,
kamu… ke, kenapa bangun?’’ sontak Rey kaget melihat istrinya.
“Ya,
aku mau makanlah, dari tadi aku menunggumu. Lapar tau” jawab Alfa sambil duduk
di kursi.
Rey
menjadi menyesal, “Alfa maafkan aku, aku memang salah. Aku menyesal sekali,
tolonglah, maafkan aku…”
“Hahaha….
Lucu, lucu banget. Ekspresimu itu lho. Seharusnya itu di rekam. Hahahaha…”
Rey
kaget, namun dia tertawa juga dan mulai mencubit pipi istrinya.
Alfa
mengerang, “Hei, hei, sakit tauk, nanti tidak jadi aku maafkan.”
Rey
tertawa, “Iya, maafkan aku sekali lagi.”
“
Iya hay, ayo kita makan.”
“Maaf,
aku telah membaca diarymu. Tapi ini
sudah tengah malam, kamu nanti bisa sak..”
Alfa
langsung menimpali,” Udah udah cerewet, ayo cepat makan…”
Rey
tertawa, perasaannya menjadi begitu lapang malam ini.
“Istriku,
bidadariku.”
Alfa
tergelak.
---